Langsung ke konten utama

PENGASUHAN TARUNA AKADEMI KEPOLISIAN BERBASIS KEMITRAAN



Dalam konteks pembangunan struktural, instrumental, maupun kultural, Polri menggulirkan berbagai program yang bertujuan untuk mempercepat proses reformasi. Hal ini kemudian ditindaklanjuti melalui pelaksanaan akselerasi Program Kerja Polri sebagaimana yang dituangkan dalam Keputusan Kapolri  No. Pol. : Kep / 37 / X /2008 Tentang Program Kerja Akselerasi Tranformasi Polri Menuju Polri yang Mandiri, Profesional dan Dipercaya Masyarakat.  Adapun yang menjadi kebijakan dalam akselerasi utama antara lain : (1) Keberlanjutan program  (sustainability program), (2) peningkatan kualitas kinerja (performance quality improvements), dan (3) komitmen terhadap organisasi (organizational commitment). Akselerasi transformasi yang dilaksanakan tersebut mengacu Grand Strategi Polri 2005-2025 yang terbagi ke dalam 3 (tiga) tahapan yaitu tahap membangun kepercayaan atau Trust Building (2005-2009), tahap membangun kemitraan atau Partnership Building (2010-2014) serta tahap membangun kemampuan pelayanan publik yang unggul dan dipercaya masyarakat atau Strive for Excellence (2015-2025). Pelaksanaan grand strategi Polri tersebut dijabarkan oleh satuan kerja dengan membuat program andalan yang bertujuan menselaraskan program kerja secara universal dengan program kerja akademi kepolisian sebagai pelopor pembentukan perwira yang mahir, terpuji, patuh hukum, profesional dan dapat dipercaya.
Akademi kepolisian merupakan lembaga pendidikan Kepolisian Negara Republik Indonesia yang disiapkan untuk menghasilkan perwira polri yang memiliki profesionalitas, integritas, loyalitas, kapabilitas dan akuntabilitas sehingga diharapkan terjadi perubahan mendasar dalam konteks regenerasi kepolisian. Proses regenerasi kepolisian harus dikawal mulai dari proses pendidikan pembentukan sehingga karakter perwira kepolisian yang ideal dapat terbentuk  sesuai profil perwira kepolisian yang memiliki kemampuan dalam aspek afektif, kognitif dan psiko motorik (sikap perilaku).
Sejalan dengan itu, akademi kepolisian yang pada tanggal 1 Oktober 2011 telah berusia 46 tahun, memiliki komitmen yang tinggi dalam mewujudkan profil perwira kepolisian yang memiliki integritas, loyalitas dan profesionalitas. Komitmen tersebut dinyatakan dalam pola pendidikan dan pola pengasuhan yang berbasis kemitraan, taruna (peserta didik) dalam paradigma baru pola pengasuhan di Akademi Kepolisian tidak lagi dipandang sebagai ”mainan” tenaga pendidik maupun pengasuh. Paradigma pola pendidikan dan pola pengasuhan berbasis kemitraan ini mendudukkan taruna/taruni akpol sebagai mitra para tenaga pendidik dan pengasuh, mitra dalam hal peningkatan kompetensi taruna/taruni akpol dalam ketiga aspek yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psiko motorik.
 Paradigma kekerasan dalam melakukan pengasuhan taruna/taruni Akpol seperti yang terjadi pada pendidikan pembentukan di Akpol pada masa lalu telah dihilangkan, diganti dengan pola-pola ”keras” dalam artian ”belajar dengan keras” dan ”berlatih dengan keras”. Detasemen Taruna tk II /45 telah membuat program skala prioritas kegiatan dan pelaksanaan program pengasuhan detasemen taruna tk II /45 yang bertujuan sebagai konsep dasar pola pengasuhan taruna. Terdapat 11 (sebelas)  program skala prioritas sebagai berikut:
  1. Program peningkatan ketaqwaan terhadap Tuhan YME
  2. Program pengasuhan berbasis kemitraan
  3. Program ”SIAP”
  4. Program zero pelanggaran.
  5. Program wave hidden kurikulum dan on the track
  6. Program pernyataan sikap bersama antara pengasuh, taruna senior dan yunior
  7. untuk menghilangkan segala bentuk hidden curriculum
  8. Program “SZH” Semester Zero Her (jasmani)
  9. Program “SZH” Semester Zero Her (akademis)
  10. Program kebersihan flat
  11. Program rapat periodik.


Pola pengasuhan berbasis kemitraan yang saat ini dilaksanakan di akademi kepolisian mulai memberikan hasil yang signifikan dalam merubah mind set pengasuh dan taruna/taruni, perubahan tersebut ditandai dengan semakin terbukanya taruna/taruni dalam mengemukakan ide-ide, gagasan dan permasalahan yang terjadi dalam kehidupan korps taruna. Pengemukaan ide, gagasan dan permasalahan bukan dimaksudkan bahwa Taruna/Taruni memiliki kesan “cengeng”, tetapi justru dengan adanya keterbukaan tersebut membangun sebuah komitmen kemitraan yang baik. Layaknya seorang pengasuh, kita analogikan pengasuh bayi yang baru dilahirkan, seorang pengasuh harus memiliki mind set sebagai pelindung, pengayom dan pelayan dalam arti luas terhadap bayi yang diasuhnya, pengasuh juga harus memiliki kepekaan dalam memberikan pemecahan permasalahan yang terjadi dalam kehidupan korps taruna. Apabila kita kaitkan dengan pasal 13 Undang-undang No 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia dinyatakan bahwa tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan masyarakat, hal ini sejalan dengan pola pengasuhan berbasis kemitraan yang sekarang dikembangkan di akademi kepolisian.
Pengasuh dalam paradigma pola pengasuhan berbasis kemitraan, menempatkan taruna/taruni sebagai anak didik, adik dan saudara atau keluarga yang senantiasa harus memahami dan mengerti bagaimana memperlakukan seorang anak didik sesuai kaidah Hak Asasi Manusia. Perlakuan pengasuh yang humanis dan mengedepankan proses intelektual kemitraan, akan memberikan contoh kepada taruna/taruni bagaimana bermitra yang baik dengan seluruh lapisan masyarakat.  
“Kami memang belum sempurna tetapi kami berusaha” demikianlah motto yang selalu kami pegang dalam pelaksanaan tugas pola pengasuhan berbasis kemitraan, membangun Mind set pola pengasuhan adalah tugas yang memiliki kompleksitas yang tinggi dan tidak bisa hanya dilakukan hanya dengan menyalahkan keadaan, karena jujur kami sampaikan bahwa tidak semua personel Polri mendukung pola pengasuhan yang sedang kami jalankan terkait mind set dan kehidupan korps maupun pola pengasuhan di masa lalu, tetapi bisa kami pastikan bahwa peningkatan kemampuan jasmani, kemampuan akademis taruna/taruni dan sikap perilaku masih akan terus berproses. Kami ingin memberikan yang terbaik dalam pembinaan pada proses regenerasi Polri. Mari kita bangun pondasi kepemimpinan Polri mulai dari pendidikan taruna/taruni sehingga profil Polri yang memiliki visi mahir, terpuji dan patuh hukum serta profesional dan dapat dipercaya dapat kami wujudkan. Kebanggaan kami ketika anak didik kami ini, mampu mengemban tugas sebagai perwira Polri yang memiliki kompetensi dalam menghadapi tantangan tugas dan globalisasi. Kami menyadari bahwa proses regenerasi polri ini masih terdapat berbagai kekurangan, kami berharap kontribusi dari semua pemangku kepentingan dalam mewujudkan pola pengasuhan berbasis kemitraan ini demi kepentingan Polri ke depan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pilihan boleh beda, Persatuan dan kesatuan harus dijaga

#Alamamazing Memasuki bulan januari tahun 2019, tantangan Polri ke depan semakin kompleks. dalam waktu dekat Polri akan memiliki hajatan besar sebagai institusi yang melaksanakan pengamanan Pemilihan Presiden dan wakil presiden  serta pemilihan anggota legislatif dari mulai anggota DPRD TK II, DPRD TK I dan DPR RI. Hajatan ini adalah hajatan seluruh bangsa Indonesia yang dilaksanakan setiap lima tahun sekali sebagai upaya untuk memilih putra terbaik bangsa yang akan duduk sebagai wakil rakyat dan tentu saja memilih pemimpin bangsa indonesia. Mencermati perkembangan politik saat ini menjelang pilleg dan pilpres, di media sosial sangat panas, hujatan, makian, bullying, persekusi dan hoax terjadi di hampir semua akun media sosial. media sosial yang dulu digunakan untuk lucu-lucuan antar teman dan kerabat, mengingat masa lalu, menambah silaturahmi berubah menjadi hal-hal yng menakutkan. netizen saling serang, saling hujat dan saling bully sudah lazim kita lihat melintas di media sosial

Detasemen Budi Luhur Bhayangkara

detasemen budi luhur bhayangkara suatu kebanggaan tersendiri bagi saya bisa menjadi pengasuh taruna TK II/45 Budi Luhur Bhayangkara, menyiapkan para taruna agar kelak menjadi pimpinan Polri yang mumpuni di masa yang akan datang. amanah ini bukan amanah yang biasa, tapi saya anggap amanah yang luar biasa dan harus dilakukan dengan cara-cara yang luar biasa agar terbentuk profil polri yang luar biasa juga. pada awalnya memang sulit merubah paradigma yang sudah terlanjur terstigmastisasi dengan pola pendidikan lama, tapi saya bersyukur ketika masuk menjadi pengasuh, saya mendapat sparing yang memiliki pengetahuan sangat luas dan memiliki visi yang jelas dan komitmen yang tinggi, beliau telah berupaya mengasuh dengan hati, mengasuh dengan kejujuran, mengasuh dengan luasnya pengetahuan, mengasuh dengan aplikasi teori yang membuat mata saya terbelalak, dan saya bersyukur telah berada di tangan yang tepat. rasa syukur saya semakin beranjak ketika saya sudah mengenal pribadi-pribadi

ILEA (TACTICAL SAFETY) AT HUA HIN BANGKOK

Beberapa waktu lalu saya mendapat kesempatan untuk kursus di luar negeri atas biaya negara, tepatnya di ILEA Bangkok (International Law Enforcement Administration), disebuah kota wisata bernama Hua Hin, kalau di Indonesia mirip dengan malang atau bandung. tempatnya tidak terlalu padat dan enjoy kalau buat vacation, sayangnya kita di situ latihan. kesempatan jalan-jalan untuk menikmati kota Hua Hin dan pantainya yang eksotik saya laksanakan setelah jam latihan, banyak sekali destinasi wisata yang bisa dikunjungi seperti night market, patung buhda di pinggir pantai, stasiun Hua Hin yang vintage banget dan tentu saja kuliner sea foodnya yang cocok dengan lidah kita, mungkin yang kita makan disana sea foodnya berasal dari lautan di Indonesia, seger dan masakannya mantap.... gambar akan bercerita